LenteraIndonesia.co.id || Bangkalan,- Ganefo adalah salah satu peristiwa bersejarah dalam bidang olahraga bagi bangsa Indonesia. Ia lahir dari kekecewaan Presiden Soekarno terhadap pesta olahraga dunia, Olimpiade.
Komite Olimpiade (International Olympic Committee/IOC) melarang Indonesia ikut berkompetisi di Olimpiade Tokyo 1964. Lalu apa yang dilakukan Soekarno? Ia membuat ajang olahraga tandingan, Ganefo.
Penyelenggaran Ganefo awalnya banyak ditentang. Bung Karno dianggap tidak peka terhadap rakyat Indonesia yang tengah berjuang lepas dari belenggu kemiskinan. Apalagi, serangkaian proyek-proyek mercusuarnya dianggap hanya pemborosan semata.
Kendati demikian, setelah melihat tujuan dari Ganefo banyak yang berbalik arah, lalu simpati kepada penyelenggaraan Ganefo. Tak pelak, Ganefo mendapatkan dukungan luas tak saja dari rakyat Indonesia. Tapi juga negara dunia ketiga. Dalam hal penyediaan dana, Indonesia tak banyak merogoh kocek untuk menyiapkan Ganefo.
Akhirnya pada tanggal 10-22 November 1963 Genefo perdana digelar. Soekarno membuka Ganefo dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris dan Prancis. Acara seremonial pembukaan Ganefo begitu mewah hingga disaksikan langsung oleh 100 ribu orang di Stadion Gelora Bung Karno.
Ganefo adalah salah satu peristiwa sejarah yang diharapkan mampu menumbuhkan kembali rasa nasionalisme dan kebanggaan para generasi penerus bangsa untuk melanjutkan api semangat yang telah dikobarkan Soekarno melalui dunia olah raga.
Uniknya, “Api Ganefo” yang digunakan dalam perhelatan bersejarah itu diambil dari Kabupaten Bangkalan, tepatnya dari sumber api tak kunjung padam dari Desa Genteng, Kecamatan Konang. Lokasi tersebut berjarak sekitar 54 km dari pusat Kota Bangkalan.
Api tersebut merupakan api asli yang keluar dari bumi yang mengandung mektan dan tak pernah padam serta tinggi semburan api mencapai 30 cm.
Peristiwa pengambilan Api yang setingkat dengan Olimpiade dan Asian Games yang dilaksanakan di Jakarta tersebut dibawa melalui jalan darat dengan cara lari estafet dari Bangkalan menuju Jakarta.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan membangun sebuah Monumen yang berada tepat ditengah-tengah jalan Letnan Abdullah Bangkalan (depan Pendopo Agung) agar masyarakat bisa mengetahui semangat Api Ganefo tersebut. Namun seiring dengan berjalannya waktu monumen Api Ganefo tersebut sekarang dipindahkan ke dalam komplek Pendopo Agung.
Penjabat (Pj) Bupati Bangkalan Arief M Edie mengatakan masyarakat Kabupaten Bangkalan harus berbangga hati karena Kabupaten Bangkalan terlibat dalam momen bersejarah bangsa.
“Monumen Api Genefo ini merupakan bukti semangat untuk mengembalikan spirit dan semangat perjuangan masyarakat Bangkalan sesuai semangat bara Api Ganefo dari api alam Konang,” ujarnya, Rabu (14/8/2024).
Ia berpesan pada generasi penerus bangsa untuk terus menumbuhkan kobaran semangat dalam memajukan dan membangun bangsa Indonesia.
“Khususnya para pemuda di Kabupaten Bangkalan ayo kita bersama-sama membawa Bangkalan ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.
Editor : Punk