Pertumbuhan Kredit Melonjak, Stabilitas Perbankan Indonesia Tetap Kuat di Tengah Ketidakpastian Global

ReD
Sabtu, 23 November 2024, 11/23/2024 WIB Last Updated 2024-11-23T13:33:01Z
www.domainesia.com
lentera-indonesia

LenteraIndonesia.co.id || Surabaya, - Kinerja sektor perbankan Indonesia menunjukkan tren positif pada triwulan II-2024, dengan mencerminkan kekuatan ekonomi domestik yang terus terjaga. Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit bank umum mencapai 12,36 persen (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (7,76 persen, yoy).


Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, OJK RI, M. Ismail Riyadi, Jumat (22/11/2024) mengatakan, pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan kredit dari segmen korporasi, sejalan dengan tingginya penjualan dan kemampuan bayar yang solid. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar 8,45 persen (yoy), meningkat dari 5,79 persen pada tahun sebelumnya. Hal ini memberikan dukungan pada terjaganya likuiditas perbankan.


Likuiditas perbankan tetap memadai dengan rasio AL/NCD sebesar 112,33 persen dan AL/DPK sebesar 25,37 persen, jauh di atas ambang batas masing-masing 50 persen dan 10 persen. Tingkat permodalan juga solid dengan rasio CAR sebesar 26,09 persen, meskipun sedikit menurun akibat pertumbuhan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang mencapai 9,91 persen (yoy).


Risiko kredit terpantau membaik, dengan rasio NPL gross sebesar 2,26 persen dan NPL net sebesar 0,78 persen. Restrukturisasi kredit juga terus diawasi ketat oleh OJK untuk memastikan kualitas pemulihan debitur dan mencegah pemburukan di masa mendatang.


Dalam rangka penguatan daya tahan perbankan, OJK mendorong bank untuk meningkatkan permodalan, menjaga coverage Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), serta melakukan stress test secara berkala untuk mengukur kemampuan menghadapi potensi risiko.


Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) juga mencatat hasil positif meski pertumbuhan kredit/pembiayaan serta DPK relatif melambat. Rasio permodalan tetap kokoh, masing-masing sebesar 31,75 persen untuk BPR dan 23,09 persen untuk BPRS.


OJK terus mengawasi secara intensif perkembangan ekonomi global yang berpotensi memengaruhi stabilitas domestik. Di sisi regulasi, OJK telah memperbarui ketentuan untuk BPR dan BPRS guna menyederhanakan kebijakan dan meningkatkan efisiensi.


Selain itu, OJK aktif berpartisipasi dalam fora internasional seperti Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) dan Financial Sector Assessment Program (FSAP) bersama IMF dan World Bank. Program ini bertujuan untuk menganalisis ketahanan sektor keuangan Indonesia secara komprehensif.


OJK akan terus mencermati dampak ketidakpastian global terhadap sektor perbankan Indonesia. “Kami berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan dan perbankan dengan pendekatan pengawasan intensif dan berkelanjutan,” ujarnya.


Dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, profesionalisme, serta inovasi, perbankan Indonesia diharapkan mampu mencapai pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, sekaligus menjadi pilar kuat bagi perekonomian nasional.


Editor : Punk

Komentar

Tampilkan

BERITA TERBARU

Laporan-Masyarakat

+